أسرة الطلبة الأتشيين بالسودان

RSS
KELUARGA MAHASISWA ACEH (KMA) SUDAN Po. Box 12146 Khartoum Sudan 12223 E-mail: kma.sudan@gmail.com Mobile: +249927876016

Rabu, 04 Januari 2012

HIV/ AIDS DAN PENCEGAHAN PENYEBARANNYA OLEH MAHASISWA TIMUR TENGAH DI ACEH

Gbr Dri Sini
(Refleksi Hari AIDS Sedunia di Penghujung Tahun 2011)
Oleh: El-Huda KMA

Pendahuluan
Dewasa ini, HIV/ AIDS menjadi sebuah isu internasional yang “menghebohkan”. Merupakan sebuah penyakit yang mematikan dan belum ditemukan obatnya secara medis hingga saat ini. Penyakit yang dari waktu ke waktu terus merambah ke seluruh pelosok  dunia dan telah memakan korban ribuan jiwa manusia.
Epidemi ini juga akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Tanpa memandang kebangsaan, agama, etnis, dan status sosial. Hal ini dapat kita lihat dengan berkembangnya jumlah penderita HIV/ AIDS di seluruh Negara tanpa henti. Ratusan Lembaga yang terbentuk dan bergerak dalam pencegahan HIV/ AIDS baik dalam skala nasional maupun internasional belum mampu menghentikan dan mencegah perkembangan jumlah korban penderita HIV/ AIDS.
Negara Indonesia sebagai negara yang yang berlandaskan kepada pancasila, yang di antaranya bersila kepada Ketuhanan yang Maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, juga belum mampu menanggulangi permasalahan ini.  Ironisnya, Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia merupakan negara dengan penyebaran AIDS tercepat se-Asia Tenggara. Bahkan, Provinsi Papua telah menjadi daerah epidemik HIV dengan dua persen penduduknya positif terinfeksi penyakit ganas itu.[1]
Dan Berdasarkan informasi dari Komisi Penanggulangan AIDS dan data resmi dari Kementerian Kesehatan RI, pada triwulan kedua tahun 2011 terlaporkan sebanyak 6.087 kasus baru HIV. Sampai akhir Juni 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS tercatat sebanyak 26.483 kasus.[2]
Sering berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah ODHA (Orang Dengan HIV/ AIDS), pemerintah menemukan bahwa penyakit ini tidak hanya berdampak negatif terhadap penderita HIV/ AIDS itu sendiri. Tetapi problem ini juga akan berdampak negatif terhadap suatu Negara atau Daerah. Secara tidak langsung hal ini akan berdampak terhadap:
-          Tatanan sosial
-          Perekonomian nasional
-          Pelayanan kesehatan masyarakat
Sebenarnya pemerintah pusat dan daerah juga tidak tinggal diam dalam menghadapi permasalahan tersebut. Berbagai macam lembaga pemerintahan (government) maupun non pemerintahan, baik yang berskala nasional ataupun internasional telah berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk menanggulangi epidemi ini.
adapun program yang merupakan strategi pemerintah dalam menanggulangi AIDS adalah:
            a. Program peningkatan pelayan konseling dan testing sukarela
            b. Program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko
            c. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
            d. Program penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
            e. Program penyediaan darah dan produk darah yang aman
            f. Program peningkatan kewaspadaan universal
            g. Program komunikasi public[3]

Dan yang menjadi isu internasional dalam mencegah penyebaran HIV/ AIDS adalah dengan menggunakan istilah A B C :
A         : Abstain (tidak melakukan hubungan seksual)
B         : Be faithful (bersikap setia dengan pasangan)
C         : Condomise (menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual)
Yang menjadi pertanyaan bagi kita sebagai mahasiswa Aceh di Timur Tengah adalah :
-          Apakah memang fenomena AIDS bisa disamakan dengan fenomena wabah Tha’un pada zaman dulu yang merupakan azab dari Allah atas suatu kaum yang kerap melakukan zina secara terang-terangan? Sebagaimana yang telah dikatakan Rasul dalam sabdanya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ  فقال:
يا معشر المهاجرين خمس إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون والأوجاع التي لم تكن مضت في أسلافهم ....... إلخ

-         Apakah ada relevansi antara epidemic HIV/ AIDS dengan agama atau moralitas suatu masyarakat?
-          Bagaimana bentuk penanggulangan yang tepat untuk mencegah penyebaran HIV/ AIDS di daerah kita?
Meskipun tidak sepenuhnya,  pemakalah berkeyakinan bahwa penyebaran penyakit HIV/ AIDS bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga bersinggungan dengan masalah agama dan moralitas suatu masyarakat. Maka dalam hal ini pemakalah ingin mengemukakan bahwa kepedulian dan peran tokoh agama (red; Mahasiswa Timur Tengah) sangatlah diperlukan dalam rangka menekan/ mencegah penyebaran HIV/ AIDS, yang diakibatkan oleh perilaku dan gaya hidup masyarakat yang mengabaikan tuntunan syariah dan nilai-nilai agama.

Pengertian HIV/ AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan dari gejala dan penyakit yang diakibatkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Secara popular, AIDS diartikan sebagai virus fatal yang membuat sistem kekebalan tubuh tidak berjalan baik.[4]

Virus ini bekerja dengan cara merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Akibatnya tubuh menjadi rentan terhadap serangan penyakit. AIDS bukan penyakit turunan, tetapi dapat di tularkan.. AIDS dapat menular dengan cepat, dapat menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Hingga kini belum ditemukan vaksin untuk mencegah dan obat untuk menyembuhkan. AIDS merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. bahkan penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah..
Kita dapat tertular HIV dari seseorang yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif. Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung virus yang cukup untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:
  • hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV
  • penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
  • kelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV[5]
Sehingga dapat dikatakan bahwa HIV/ AIDS tidak dapat menular melalui bersalaman, berpelukan, batuk/ bersin, gigitan nyamuk dan lain-lain selain melalui jalur kontak darah, air mani dan cairan vagina.
Tidak seorang pun dapat mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum hanya dengan melihat dari penampilannya. Sebab walaupun mereka sudah terinfeksi HIV gejalanya tidak akan tampak sebelum berkembang menjadi AIDS. Jarak waktu antara masuknya HIV ke tubuh hingga berkembang menjadi AIDS  berkisar sekitar 5 – 15 tahun. Untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV atau tes darah. Dan orang yang terinfeksi HIV akan mengalami penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan

2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV
-Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya

4. Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah[6]
Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubuh kita. HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, dan jika ada jumlahnya kurang, sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi.
Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah khusus. Jumlah normal pada orang sehat berkisar antara 500 sampai 1.500. Setelah kita terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya turun terus. Jadi jumlah ini mencerminkan kesehatan sistem kekebalan tubuh kita: semakin rendah, semakin rusak sistem kekebalan. Jika jumlah CD4 turun di bawah 200, ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh kita cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh kita. Ini berarti kita sudah sampai masa AIDS.[7] Pada masa ini tubuh penderita HIV/ AIDS akan gampang terkena berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh setiap manusia.

Penyebaran HIV/ AIDS di Aceh
Problema HIV/ AIDS merupakan sebuah epidemik yang sangat mengkhawatirkan di dunia, karena di samping belum ditemukannya vaksin untuk pencegahan dan penyembuhannya, penyakit ini juga memiliki “window Period” (masa tanpa gejala) yang cukup panjang, yaitu antara 5 – 15 tahun. Hal itu menyebabkan pola perkembangannya sama dengan fenomena gunung es. Artinya jumlah pasien yang terungkap (kelihatan) adalah lebih sedikit dari pada jumlah pasien yang belum terungkap (tidak kelihatan).
Jumlah kasus HIV/ AIDS dari tahun ke tahun diseluruh bagian dunia akan terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Tidak ada Negara yang tidak terkena dampak penyakit ini.[8]
Dan di Indonesia sendiri, kasus AIDS pertama dilaporkan di Bali pada Bulan April 1987, yaitu seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah Denpasar. Pada awalnya penyebaran HIV/ AIDS di Indonesia terjadi pada Pekerja Seks Komersial (PSK) beserta pelanggannya dan kaum homoseksual. Setelah itu mulai terjadi penularan ke ibu-ibu rumah tangga yang tertular dari pasangannya dan berlanjut ke bayi-bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV.[9] Dan kini hampir di seluruh provinsi di Indonesia, penyebaran HIV/ AIDS bergerak maju dengan laju sangat mengkhawatirkan.

Berikut hasil statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia (Dilapor s/d Juni 2011)

Jumlah Kasus Baru AIDS/HIV Berdasarkan Tahun Pelaporan
Tahun
AIDS
AIDS/ IDU
1987
50
0
1988
20
0
1989
50
0
1990
50
0
1991
15
0
1992
13
0
1993
24
1
1994
20
0
1995
23
1
1996
42
1
1997
44
0
1998
60
0
1999
94
10
2000
255
65
2001
219
62
2002
345
97
2003
316
122
2004
1195
822
2005
2639
1420
2006
2873
1517
2007
2947
1437
2008
4969
1255
2009
3863
1156
2010
4158
1266
2011 s.d Juni/thru' June
2352
365
Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI (13 Juli 2011)

Dan Provinsi Aceh juga mengambil bagian sebagai pasien/ korban atas epidemic HIV AIDS, sebagaimana hasil survey di bawah ini:
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Berdasarkan Provinsi
NO
Provinsi
AIDS
AIDS (IDU)
Kematian
1
DKI Jakarta
3997
2802
577
2
Papua
3938
1
602
3
Jawa Barat/ West Java
3809 
2750
678
4
Jawa Timur/ East Java
3775
1046
779
5
Bali
1747
269
311
6
Jawa Tengah/ Central Java
1336
195
370
7
Kalimantan Barat/ West Kalimantan
1125
197
138
8
Sulawesi Selatan/ South Sulawesi
995
478
167
9
DI Yogyakarta/ Jogjakarta
673
177
134
10
Sulawesi Utara/ North Sulawesi
557
81
125
11
Sumatera Utara/ North Sumatra
509 
222
94
12
Riau
477
135
132
13
Sumatera Barat/ West Sumatra
428
273
104
14
Banten
403
250
68
15
Papua Barat/West Papua
397
5
152
16
Kepulauan Riau/Riau Archipelago
390
31
148
17
Nusatenggara Timur/ East Nusa Tenggara
385
27
50
18
Jambi
291
164
66
19
Sumatera Selatan/South Sumatra
219
104
38
20
Nusatenggara Barat/ West Nusa Tenggara
206
22
110
21
Maluku/Moluccas
195
79
70
22
Lampung
144
112
42
23
Bengkulu
137
68
30
24
Bangka Belitung
120
41
18
25
Kalimantan Tengah/ Central Kalimantan
69
18
4
26
NAD/Aceh
63
21
14
27
Kalimantan Selatan/South Kalimantan
28
10
5
28
Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi
26
1
5
29
Maluku Utara/North Moluccas
17
5
8
30
Sulawesi Tengah/Central Sulawesi
12
6
6
31
Kalimantan Timur/East Kalimantan
12
5
10
32
Gorontalo
3
2
1
33
Sulawesi Barat/West Sulawesi
0
0
0

Jumlah/Total
26483
9597
5056
Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI (13 Juli 2011)

Provinsi Aceh, sebagai daerah yang didominasi oleh kaum muslimin dan telah mengesahkan Undang-undang Perda tentang Penerapan Syariat Islam juga harus terkena dampak dari mewabahnya penyakit tersebut. Tercatat sebagai peringkat terbanyak yang ke-26 di bawah Provinsi Kalimantan Tengah. Secara kasat mata, jumlah penderita AIDS di Aceh tidak terlalu mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan provinsi lain yang mencapai angka ribuan jumlah pasien. Namun tidaklah tertutup kemungkinan angka-angka tersebut akan terus berkembang bila tidak ada upaya untuk mencegah penyebaran/ penularan wabah tersebut, Sebagaimana dampak dari pada fenomena gunung es.
Hal ini dapat dibuktikan pertambahan jumlah kasus HIV/ AIDS dari tahun ke tahun yang terus meningkat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Aceh (KPAPA) Muhammad Nazar yang juga wakil Gubernur setempat bahwa Tingkat penularan HIV/AIDS di wilayah Provinsi Aceh sangat mengkhawatirkan. Sejak tujuh tahun terakhir jumlah penderitanya semakin bertambah dan naik hingga puluhan orang setiap tahunnya.
Data KPAPA mencatat hingga akhir November 2011 penderita HIV/ AIDS mencapai 108 orang. Dan sedikitnya sudah 22 orang yang meninggal akibat penyakit tersebut.  Angka tersebut cukup mengkhawatirkan bila dibanding pada awal tahun 2000 yang dianggap belum terinfeksi dan tahun 2004 baru ditemukan 1 orang. Adapun pengidap HIV/AIDS paling banyak berada di Kabupaten Aceh Tenggara yang mencapai 14 orang, disusul Kabupaten Aceh Tamiang 10 orang, Aceh Timur 9 orang dan Pidie 9 orang. Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, hanya Kabupaten Nagan Raya dan Subulussalam yang belum terdeteksi kasus HIV/AIDS.[10]
Berikut data statistik penyebaran HIV/ AIDS di Aceh
Tahun
Kasus HIV/ AIDS
2004
1
2005
2
2006
7
2007
20
2008
24
2009
46
2010
61
2011
108
(diperoleh dari berbagai sumber)
Demikian proses penyebaran di Provinsi Aceh yang menunjukkan betapa cepatnya laju perkembangan jumlah kasus HIV/ AIDS di daerah yang dijuluki “Serambi Mekah” tersebut. Dan hal ini akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Menurut perkiraan berbagai lembaga di Aceh, jumlah kasus tersebut yang belum terungkap akan mencapai lebih dari 1000 kasus. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat aceh yang beresiko untuk memeriksa (check up) darahnya di laboratorium. Sehingga tanpa disadari akan terus menularkan virus HIV yang ada di tubuhnya kepada orang lain. Tentunya perlu kerja sama yang solid antar seluruh lapisan masyarakat dan jajaran pemerintah di Provinsi Aceh dalam menekan/ mencegah penyebaran HIV/ AIDS ini.

Peran mahasiswa Timur Tengah dalam pencegahan penyebaran HIV/ AIDS di Aceh
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata:
ما أنزل الله من داء، إلا أنزل له شفاء
Dari Hadits tersebut di atas, dapat diartikan bahwa segala penyakit yang ada di bumi ini pasti ada obatnya, termasuk penyakit HIV/ AIDS. Secara medis, hingga saat ini belum ditemukan obat (vaksin) yang efektif dalam penyembuhan penyakit tersebut. Tapi kita tetap yakin bahwa segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia akan menemukan jalan keluarnya bila kita masih mau mengikuti dan mengamalkan segala petunjuk yang berasal dari Allah.

$oYù=è% (#qäÜÎ7÷d$# $pk÷]ÏB $YèŠÏHsd ( $¨BÎ*sù Nä3¨YtÏ?ù'tƒ ÓÍh_ÏiB Wèd `yJsù yìÎ7s? y#yèd Ÿxsù ì$öqyz öNÍköŽn=tæ Ÿwur öNèd tbqçRtøts ÇÌÑÈ  
 " kami berfirman, turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Dan sudah menjadi tugas kita sebagai bagian dari masyarakat yang bergerak di bidang agama untuk mencari titik temu antara ayat tersebut dengan realita yang ada, khususnya berkenaan dengan problematika yang sedang dihadapi. Pergeseran nilai dan hikmah agamis atas suatu permasalahan terjadi karena banyaknya opini yang dianalisis dari aspek sosial tanpa mengindahkan aspek agama. Dan kita juga sering mendengar isu-isu yang dibangun tanpa mempertimbangkan efek samping yang bakalan berbenturan dengan agama.
Masalah kondom mungkin bisa menjadi contoh atas permasalahan ini. Masih teringat di kepala kita ketika pemerintah mengadakan program pembagian kondom gratis di suatu daerah dengan tujuan menghindari tertularnya virus HIV. Tidak lupa juga ketika pemerintah yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan kondom di Indonesia yang mengadakan ATM Kondom di suatu wilayah. Seolah-olah kondomisasi ini adalah cara yang paling tepat dalam menekan penularan virus HIV.
Faktanya sampai sekarang ATM kondom di dunia barat belum mampu menekan perkembangan HIV/AIDS, meski program serupa sudah lama berlangsung. Justru  yang menjadi akar penyebab penyebaran HIV/AIDS adalah seks bebas (pelacuran, gonta-ganti pasangan, pergaulan bebas, homoseksualitas/lesbianisme). Karena itu, perang terhadap seks bebas inilah yang seharusnya dilakukan Pemerintah, bukan dengan program “kondominasi” yang lebih banyak ditujukan kepada pasangan yang bukan suami-istri.[11] Hal ini tentunya sangat berbenturan dengan aspek agama. Seolah-olah pemerintah membolehkan masyarakatnya melakukan hubungan seksual dengan siapa saja selama dilakukan dengan rasa sama-sama suka dan aman.
Masalah HIV/ AIDS sendiri, bila kita merujuk kepada pendapat kaum muslimin, berbagai macam kecenderungan akan muncul dari berbagai kalangan. Muslim yang berasal dari kalangan moral behaviorist, akan cenderung menyalahkan orang yang mengidap penyakit HIV/ AIDS dan memahami bahwa penyakit ini merupakan hukuman Tuhan atas perilaku dosa dan kemaksiatan.
Sedangkan Muslim yang berasal dari kalangan Muslim Progresif akan lebih cenderung memahami HIV/ AIDS sebagai krisis global yang erat kaitannya dengan ketimpangan-ketimpangan sosial daripada melihatnya sebagai masalah moral individu. Bagi kalangan progresif ini, Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) adalah korban atas ketidakadilan sistem, bukan orang-orang hukuman atas kecerobohan moral dan pelanggaran susila.[12]
Kekaburan moralitas agama dalam HIV/ AIDS membuat berbagai pihak yang berasal dari kalangan agama merasa ragu untuk melakukan intervensi dalam mengatasi epidemi ini. Sehingga cukup jarang tedengar permasalahan HIV/ AIDS di atas mimbar mesjid, pesantren/ dayah maupun di kelompok-kelompok pengajian masyarakat. Sehingga masyarakat luas merasa tidak berkepentingan untuk membahas permasalahan tersebut. Rumor yang muncul di masyarakat, bahwa penyakit tersebut hanya menyebar di seputar golongan atau kalangan tertentu, tanpa menyadari akan adanya peluang penularan yang bakalan sampai dan menyentuh masyarakat sekitar, keluarga dan diri sendiri.
Bahkan di Aceh sendiri Aceh sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam diharapkan menjadi benteng bagi penularan HIV/AIDS di Aceh. Namun sistem pemerintahan juga masih diragukan untuk menjadi benteng penyebaran. Jika penerapan syariat Islam di Aceh berupa larangan pelacuran terbuka, maka: Apakah ada jaminan di Aceh tidak ada praktek pelacuran? Katakanlah dijamin di Aceh tidak ada perzinaan. Tapi, pertanyaan berikutinya adalah: Apakah ada jaminan tidak akan ada laki-laki dewasa penduduk Aceh yang akan melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung atau PSK tidak langsung di luar Aceh? ‘Benteng’ untuk melindungi diri adalah menghindari perilaku seksual yang berisiko.[13]
Untuk itu pemerintah telah berupaya mengkaitkan persoalan HIV/ AIDS dengan moral, agama maupun adat setempat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil Gubernur Aceh sekaligus sebagai Ketua KPAPA, Tgk.H.Muhammad Nazar, S.Ag. “Benteng penangkalan terhadap HIV/AIDS berupa Syariat Islam di Provinsi Aceh mulai rapuh, akibatnya penyebaran penyakit yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh di daerah itu cukup memprihatinkan. Dan sepertinya benteng tersebut sudah mulai rapuh, tapi belum sampai roboh, sehingga masih bisa diperbaiki."[14]. Senada dengan hal tersebut, Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menyebut “Penyebab terjadinya epidemic yang begitu cepat karena faktor globalisasi, sementara nilai-nilai budaya dalam masyarakat mengalami erosi”
DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya yang berjudul LA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH!), menyatakan, ”Sungguh menderita manusia yang tidak memahami Islam dan tak mendapat petunjuk untuk memeluknya. Islam membutuhkan promosi dari kaum muslimin dan orang-orang yang mendukungnya. Islam butuh iklan yang mendunia. Sebab Islam adalah sebuah kabar agung. Dan seruan kepada Islam, hendaknya sesuatu yang bermutu: bernilai tinggi, sistematis dan penuh daya tarik. Sebab kebahagiaan manusia tak akan ditemukan, kecuali dalam agama yang benar dan abadi ini. Manusia zaman sekarang kerap bingung. Mereka sangat membutuhkan agama yang agung ini agar mereka bisa menikmati rasa aman, kedamaian dan ketenangan”.

Terlepas dari berbagai kontoversi antara mengenai ada tidaknya relevansi antara HIV/ AIDS dengan moral dan agama, pemakalah tetap menemukan adanya keterkaitan antara kedua elemen tersebut. Sehingga cukup diperlukan keterlibatan tokoh-tokoh agama dalam menanggulangi permasalahan ini. Dalam hal ini, Mahasiswa Timur Tengah
Mengutip dari kata-kata DR. Aidh Al-Qarni “Islam membutuhkan promosi dari kaum muslimin dan orang-orang yang mendukungnya”. Bahwa Aceh membutuhkan ‘Bintang iklan’ dalam mempromosikan Islam sebagai solusi dan juga sebagai Rahmatan lil’alamin, sebagaimana yang termaktub dalam al Qur’an al Karim:
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
“  Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Dalam hal ini mahasiswa Timur Tengah yang berasal dari Aceh dianggap berpotensi untuk memberikan solusi atas problematika yang terjadi di Aceh dengan menggunakan pendekatan agama Islam. Peran mahasiswa Aceh yang sedang menimba ilmu di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya, semakin ditunggu peran aktifnya dalam mengisi pembangunan daerah berbasis kerakyatan (sosial). Tugas mulis yang diemban mahasiswa Timur Tengah berikut alumninya menjadi buah bibir masyarakat yang penuh pengharapan untuk sebuah masa depan daerah. Diharapkan sekembalinya ke daerah nanti dapat mengimplementasikan ilmunya sesuai dengan kaidah Islam dan menjadi panutan bagaimana menjalankan kehidupan Islam di tengah  pembangunan modernisasi Indonesia.
Berikut hal-hal yang mungkin dapat dilakukan oleh para Mahasiswa Timur Tengah di Aceh dalam menekan/ mencegah penyebaran HIV/ AIDS yang lebih luas lagi:

1.      Memperkuat iman dan taqwa kepada Allah SWT, sehingga dapat menjadi tauladan bagi masyarakat sekitar.
2.      Mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan HIV/ AIDS (pencegahan, sikap, perlindungan dan dukungan)
3.       Memahami dan menganalisis antara teori dan realita fenomena HIV/ AIDS yang terjadi di lapangan
4.      Menganalisis dan mencari titik temu antara konsep Islam dengan fenomena HIV/ AIDS yang ;;sedang terjadi di Aceh
5.      Membangun relasi dengan lembaga-lembaga HIV/ AIDS di Aceh (pemerintahan maupun non pemerintahan), sehingga dapat menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik
6.      Tetap mendukung kinerja Majelis Permusyawaratan Ulama(MPU) dan Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh dalam menciptakan lingkungan dan nuansa islami di Aceh.
7.      Memberikan ceramah atau penyuluhan mengenai HIV/ AIDS dengan cara yang islami (Qur’ani).
DR. Mahmud Muhammad Sya’ban di dalam bukunya menawarkan 3 hal  yang dapat dilakukan dalam mencegah penularan HIV/ AIDS sesuai dengan al Qur’an al Karim:
a.      pengharaman perilaku Homoseksual (hubungan sejenis)
 $»Ûqä9ur øŒÎ) tA$s% ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9 tbqè?ù's?r& spt±Ås»xÿø9$# $tB Nä3s)t7y $pkÍ5 ô`ÏB 7tnr& šÆÏiB tûüÏJn=»yèø9$# ÇÑÉÈ   öNà6¯RÎ)
 tbqè?ù'tGs9 tA$y_Ìh9$# Zouqöky­ `ÏiB Âcrߊ Ïä!$|¡ÏiY9$# 4 ö@t/ óOçFRr& ×Pöqs% šcqèù̍ó¡B ÇÑÊÈ  
80. dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu[551], yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
81. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.


$»Ûqä9ur øŒÎ) tA$s% ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9 öNà6¯RÎ) tbqè?ù'tGs9 spt±Ås»xÿø9$# $tB Nà6s)t6y $pkÍ5 ô`ÏB 7ymr& šÆÏiB šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÑÈ  
28. dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang Amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu".


tbqè?ù's?r& tb#tø.%!$# z`ÏB tûüÏJn=»yèø9$# ÇÊÏÎÈ   tbrâxs?ur $tB t,n=y{ ö/ä3s9 Nä3š/u ô`ÏiB Nä3Å_ºurør& 4 ö@t/ öNçFRr& îPöqs% šcrߊ%tæ ÇÊÏÏÈ  
165. mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia,
166. dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas".


b.      Pengharaman zina dan hukuman keras bagi yang melakukannya
Ÿwur (#qç/tø)s? #oTÌh9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$yur WxÎ6y ÇÌËÈ  
32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.


èpuÏR#¨9$# ÎT#¨9$#ur (#rà$Î#ô_$$sù ¨@ä. 7Ïnºur $yJåk÷]ÏiB sps($ÏB ;ot$ù#y_ ( Ÿwur /ä.õè{ù's? $yJÍkÍ5 ×psùù&u Îû ÈûïÏŠ «!$# bÎ) ÷LäêZä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ( ôpkôuŠø9ur $yJåku5#xtã ×pxÿͬ!$sÛ z`ÏiB tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÈ   ÎT#¨9$# Ÿw ßxÅ3Ztƒ žwÎ) ºpuŠÏR#y ÷rr& Zpx.ÎŽô³ãB èpuÏR#¨9$#ur Ÿw !$ygßsÅ3Ztƒ žwÎ) Ab#y ÷rr& Ô8ÎŽô³ãB 4 tPÌhãmur y7Ï9ºsŒ n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÌÈ  
2. perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
3. laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028].

c.       Anjuran menjaga kebersihan
Dalam hal ini beliau menjelaskan bahwa kebersihan bukan hanya menyangkut kebersihan pakaian, dan tempat saja. Tetapi beliau menambahkan untuk menghindari penggunaan segala hal yang menjadi bekas dipakai orang. Yang menjadi contoh dalam hal ini adalah dilarangnya memakai jarum suntik bekas yang telah dipakai orang. Karena berbagai macam kuman atau virus termasuk HIV akan mudah tertular melalui darah yang menempel di jarum suntik tersebut.[15]
d.     Mengharamkan minum minuman keras.
Dalam hal ini minuman  keras dikaitkan dengan pemakaian narkoba. Salah satu cara yang sangat efektif dalam menularkan HIV adalah melalui narkoba yang berjenis jarum suntik (putaw).
* y7tRqè=t«ó¡o ÇÆtã ̍ôJyø9$# ÎŽÅ£÷yJø9$#ur ( ö@è% !$yJÎgŠÏù ÖNøOÎ) ׎Î7Ÿ2 ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 !$yJßgßJøOÎ)ur çŽt9ò2r& `ÏB $yJÎgÏèøÿ¯R 3 štRqè=t«ó¡our #sŒ$tB tbqà)ÏÿZムÈ@è% uqøÿyèø9$# 3 šÏ9ºxx. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 tbr㍩3xÿtFs? ÇËÊÒÈ  
219. mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

e.       Terciptanya ketahanan keluarga sakinah.

ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨Šuq¨B ºpyJômuur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇËÊÈ  
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

y#øx.ur ¼çmtRräè{ù's? ôs%ur 4Ó|Óøùr& öNà6àÒ÷èt/ 4n<Î) <Ù÷èt/ šcõyzr&ur Nà6ZÏB $¸)»sVÏiB $ZàÎ=xî ÇËÊÈ  
21. bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.




8.      Bersikap kepada Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA):
a.      Memberikan tuntutan rohani (bertobat) agar mereka yakin bahwa tobatnya diterima
* ö@è% yÏŠ$t7Ïè»tƒ tûïÏ%©!$# (#qèùuŽó r& #n?tã öNÎgÅ¡àÿRr& Ÿw (#qäÜuZø)s? `ÏB ÏpuH÷q§ «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ãÏÿøótƒ z>qçR%!$# $·èÏHsd 4 ¼çm¯RÎ) uqèd âqàÿtóø9$# ãLìÏm§9$# ÇÎÌÈ  
53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b.      Menghindari sikap stigma dan diskriminasi
Stigma dan diskriminasi kepada ODHA tidak akan menyelesaikan permasalahan. Bahkan akan menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan.
c.      Mendampingi dan memberi dukungan kepada ODHA yang menjelang ajal, agar selalu berzikir, berdoa dan tetap istiqamah dalam keimanannya hingga akhir hayatnya.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ  
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

Penutup
Bila ditinjau dari aspek kesehatan dan sosial, HIV/ AIDS di Aceh merupakan sebuah fenomena yang kompleks. Parahnya, fenomena ini akan terus berlangsung beriring dengan berjalannya waktu. Belum ada satu pihak pun yang berani menjamin dan meramal bila saatnya problem ini akan berakhir. Yang dibutuhkan saat ini adalah kerja sama antara seluruh lapisan masyarakat di Aceh dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Berbagai lembaga pemerintahan dan non pemerintahan telah melaksanakan berbagai programnya selama tujuh tahun terakhir ini, namun angka jumlah pengidap penyakit tersebut selalu meningkat dari tahun ke tahun. Seolah-olah mereka sudah kehabisan akal dalam menanggulangi masalah ini. Dalam hal ini Mahasiswa Timur Tengah yang merupakan Putra Aceh sedang ditunggu-tunggu keikutsertaannya dalam mengatasi masalah sosial ini. Berbagai dalil telah dikumandangkan dimana-mana, bahwa Agama Islam merupakan rahmatan lil’alamin, dan mampu menjadi solusi atas segala permasalahan yang dihadapi umatnya.
Inilah saatnya bagi mahasiswa Timur Tengah untuk membuktikan dan mengaplikasikan berbagai hal yang telah dipelajarinya di Negeri Arab, yang konon katanya sebagai tempat berpusatnya ilmu-ilmu pengetahuan Agama Islam (klasik dan modern). Ini juga saatnya membuktikan kepada masyarakat Aceh, bahwa Pelaksanaan syari’at Islam bukan hanya bertujuan untuk menghukum orang-orang yang melakukan perbuatan tercela, serta untuk menghalangi kebebasan umatnya. Maka melalui fenomena HIV/ AIDS ini, diharapkan mampu menjadi pembuktian kepada masyarakat bahwa pelaksanaan Syariat Islam di Aceh merupakan salah satu sarana untuk menuju kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Aceh.

Daftar Pustaka
1.      Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Strategi Nasional Penanggulangan HIV Dan AIDS 2007-2010, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Jakarta, 2003
2.      Madyan, Ahmad Shams, AIDS Dalam Islam, Krisis Moral atau Krisis Kemanusiaan, Penerbit Mizan, 2009.
3.      Muninjaya, Gde, AIDS di Indonesia Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999,
4.      Murni, Suzanna dkk, Hidup dengan HIV/ AIDS, Yayasan Spiritia, Jakarta, 2009
5.      Situasi HIV/ AIDS di Indonesia Tahun 1987 – 2006. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006.
6.      Sya’ban, Mahmud Muhammad, al Wiqayah min al Idz wa as Sarthan wa Tsanaya Ayati al Qur’an, Dar al Fath al I’lam al ‘Arabiy, 2002.
7.      Situs-situs resmi terkait:
-          http://www.aidsindonesia.or.id
-          http://spiritia.or.id
-          http://aids-ina.org


[1] http://kesehatan.liputan6.com/read/365707/bkkbn-penyebaran-aids-indonesia-sangat-cepat
[2] http://www.aidsindonesia.or.id/penderita-aids-perlu-dirangkul.html
[3] Strategi Nasional Penanggulangan HIV Dan AIDS 2007-2010Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Jakarta.
[4] Muninjaya, Gde, AIDS di Indonesia Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999, hal. 6.
[5] http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=101
[6] http://aids-ina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV-AIDS
[7] Murni, Suzanna dkk, Hidup dengan HIV/ AIDS, Yayasan Spiritia, Jakarta, 2009. Hal. 11
[8] Situasi HIV/ AIDS di Indonesia Tahun 1987 – 2006. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2006. Hal. 1
[9] Ibid. hal. 2
[10] http://aids-ina.org/modules.php?name=News&file=article&sid=5492
[11] http://sultonidahsyat.wordpress.com/2011/02/15/atm-kondom-solusi-hivaid/
[12] Madyan, Ahmad Shams, AIDS Dalam Islam, Krisis Moral atau Krisis Kemanusiaan, Penerbit Mizan, 2009. Hal.67
[13] http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/13/%E2%80%98benteng%E2%80%99-aids-adalah-menghindari-perilaku-berisiko-tertular-hiv/
[14] http://www.antaranews.com/news/237327/wagub-aceh-penangkalan-aids-mulai-rapuh
[15] Sya’ban, Mahmud Muhammad, al Wiqayah min al Idz wa as Sarthan wa Tsanaya Ayati al Qur’an, Dar al Fath al I’lam al ‘Arabiy, 2002. Hal. 110.

1 komentar:

Terima Kasih Atas Komentar Anda

Site Info

Foto saya
Tapeubeudoh Marwah Bangsa..!!

Pengikut

Tapeubeudoh Marwah Bangsa...
PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia
Blog Directory & Search engine
PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia