Oleh: Ridha MontesTerletak di bagian utara benua Afrika, dengan wilayah daratan paling luas di antara negara-negara Afrika lainnya, Sudan lebih dikenal dan kerap dijuluki dengan “Negeri Dua Niel” yang meraih kemerdekaannya dari penjajahan Inggris pada 1956. Populasi penduduknya relatif sedikit dan bahkan dikategorikan sebagai negara berpenduduk paling sedikit di Afrika. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani. Negara dengan komposisi penduduk campuran Arab dan Afrika ini juga memiliki potensi dan kekayaan alam yang sangat luar biasa terutama minyak bumi dan gas alam sehingga tak ayal sering menjadi rebutan negara adi kuasa.
Selain itu, Sudan juga memiliki potensi dan daya pikat tinggi di bidang pendidikan, setidaknya Sudan tetap menjadi incaran para pelajar dan mahasiswa dari berbagai belahan dunia, khususnya untuk mendalami bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Di Sudan terdapat beberapa perguruan tinggi ternama seperti International University of Africa (IUA), Khartoum International Institute for Arabic Language (KIIFAL), Nilein University serta Omdurman Islamic University. Kebanyakan pelajar dan mahasiswa di universitas-universitas tersebut berasal dari luar Sudan. Mereka berasal dari berbagai negara seperti mahasiswa asal benua Eropa, di antaranya dari Inggris, Prancis dan lainnya. Sementara dari benua Amerika, terdapat mahasiswa asal Kanada dan Jamaika. Sedangkan dari Benua Asia terdapat mahasiswa China, Thailand, Filipina, Indonesia, Iran. Untuk benua Afrika sendiri, hampir seluruh negara dari benua hitam ini memiliki pelajar dan mahasiswanya di Sudan.
Mahasiswa asal Indonesia setiap tahunnya menunjukkan grafik kedatangan mahasiswa baru yang cukup signifikan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kerjasama Pemerintah Sudan (dalam hal ini International University of Africa) dengan Departemen Agama Indonesia yang memberikan kesempatan rutin beasiswa setiap tahun kepada mahasiswa baru asal Indonesia melalui skema penjaringan dan pengetesan secara terbuka di Jakarta.
Begitu pula mahasiswa asal Aceh dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Sudan dibandingkan dengan mahasiswa asal propinsi lainnya di Indonesia, khususnya yang tengah menempuh studi magister (S2) dan doktoral (S3). Kalau dirujuk lebih jauh, sebenarnya kedatangan mahasiswa Aceh ke Sudan telah dimulai sejak tahun 80-an, walaupun pada saat itu dengan jumlah mahasiswa terbatas, hanya beberapa orang saja. Mahasiswa Aceh baru terlihat agak ramai di Sudan pada tahun 2002 dengan dibentuknya organisasi yang bernama Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Sudan, yang resmi didirikan pada 23 Agustus 2002. Selanjutnya, gelombang kedatangan mahasiswa Aceh ke Sudan teratur setiap tahunnya sejak tahun 2005.
Perkumpulan mahasiswa Aceh (KMA) di Sudan dikenal sebagai organisasi mahasiswa yang solid dan memiliki keakraban yang tinggi antarsesama anggotanya serta memiliki berbagai kegiatan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas anggota, seperti kegiatan pengembangan intelektual antara lain diskusi, latihan kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi. KMA juga kerap mengadakan acara silaturrahmi dan tasyakuran bagi anggota yang telah menyelesaikan studi, olah raga sepak bola, mengikuti perlombaan PPI Cup, acara rihlah pada hari raya Idul fitri dan Idul Adha dan berbagai kegiatan lainnya.
Selain itu, Sudan juga memiliki potensi dan daya pikat tinggi di bidang pendidikan, setidaknya Sudan tetap menjadi incaran para pelajar dan mahasiswa dari berbagai belahan dunia, khususnya untuk mendalami bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Di Sudan terdapat beberapa perguruan tinggi ternama seperti International University of Africa (IUA), Khartoum International Institute for Arabic Language (KIIFAL), Nilein University serta Omdurman Islamic University. Kebanyakan pelajar dan mahasiswa di universitas-universitas tersebut berasal dari luar Sudan. Mereka berasal dari berbagai negara seperti mahasiswa asal benua Eropa, di antaranya dari Inggris, Prancis dan lainnya. Sementara dari benua Amerika, terdapat mahasiswa asal Kanada dan Jamaika. Sedangkan dari Benua Asia terdapat mahasiswa China, Thailand, Filipina, Indonesia, Iran. Untuk benua Afrika sendiri, hampir seluruh negara dari benua hitam ini memiliki pelajar dan mahasiswanya di Sudan.
Mahasiswa asal Indonesia setiap tahunnya menunjukkan grafik kedatangan mahasiswa baru yang cukup signifikan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kerjasama Pemerintah Sudan (dalam hal ini International University of Africa) dengan Departemen Agama Indonesia yang memberikan kesempatan rutin beasiswa setiap tahun kepada mahasiswa baru asal Indonesia melalui skema penjaringan dan pengetesan secara terbuka di Jakarta.
Begitu pula mahasiswa asal Aceh dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Sudan dibandingkan dengan mahasiswa asal propinsi lainnya di Indonesia, khususnya yang tengah menempuh studi magister (S2) dan doktoral (S3). Kalau dirujuk lebih jauh, sebenarnya kedatangan mahasiswa Aceh ke Sudan telah dimulai sejak tahun 80-an, walaupun pada saat itu dengan jumlah mahasiswa terbatas, hanya beberapa orang saja. Mahasiswa Aceh baru terlihat agak ramai di Sudan pada tahun 2002 dengan dibentuknya organisasi yang bernama Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Sudan, yang resmi didirikan pada 23 Agustus 2002. Selanjutnya, gelombang kedatangan mahasiswa Aceh ke Sudan teratur setiap tahunnya sejak tahun 2005.
Perkumpulan mahasiswa Aceh (KMA) di Sudan dikenal sebagai organisasi mahasiswa yang solid dan memiliki keakraban yang tinggi antarsesama anggotanya serta memiliki berbagai kegiatan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas anggota, seperti kegiatan pengembangan intelektual antara lain diskusi, latihan kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi. KMA juga kerap mengadakan acara silaturrahmi dan tasyakuran bagi anggota yang telah menyelesaikan studi, olah raga sepak bola, mengikuti perlombaan PPI Cup, acara rihlah pada hari raya Idul fitri dan Idul Adha dan berbagai kegiatan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda